Bos Coffee Toffee Ini Kembali Bangkit Setelah Kena Tipu
Siapa sangka, produk minuman kop yang awal berdirinya di Kota Pahlawan, Surabaya ini, pernah diminta mengganti namanya saat hendak mencoba membuka cabangnya di sebuah mall di Jakarta karena namanya dianggap tidak komersil.
Tapi saat ini Coffee Toffee bisa dibilang mampu sejajar dengan brand cafe yang terkenal termasuk cafe 'asing' asal luar negeri. Bahkan Sang pemilik Odi Anindito berobsesi cafĂ©-cafenya bisa tersebar seperti dua minimarket besar yakni layaknya ‘Alfamart atau Indomaret’ versi cafe.
"Saya berobsesi seperti itu (minimarket coffee), lihat saja nanti cafe ini suatu saat akan bisa bersebelahan disamping merek-merek cafe asing," ujar pria kelahiran 1979 ini, kepada detikFinance, Minggu (5/2/2012).
Keyakinan Odi tersebut bukan omong besar, pasalnya dengan keunggulan yang dimiliki gerai-gerainya plus rekan bisnisnya (franchise) mampu bersaing. "Salah satu yang unik dari kami, Coffee Toffee membuka pasar di daerah bukan di perkotaanm dan responsnya hingga saat ini luar biasa," ujar Odi.
Apa yang menjadi keunggulan 'kedai kopi' ini?
"Harga dan service!, harga produk kami 50% lebih murah dari cafe lain dengan produk dan kualitas yang sama. Kenapa bisa murah sementara kualitasnya sama?, karena semua produk Coffee Toffee lokal alias buatan Indonesia, kecuali mesin coffee yang masih Import dari Itali karena di Indonesia belum ada yang buat," ujarnya.
Dicontohkan Odi, seperti sirup. Dimana-mana cafe yang jual kopi menggunakan sirup impor, kenapa impor? Karena memang tidak ada yang buat.
"Saya beli itu sirup impor, terus saya bawa ke laboraturium dibeberapa universitas di Surabaya Seperti Unair (Universitas Airlangga) dan WM (Widiya Mandala). Saya bilang bagaimana menciptakan dan memproduksi sirup seperti ini tetapi tidak mengubah rasa aslinya kopi. Akhirnya bisa dan kita bisa buat sendiri," ujarnya.
"Jadi dalam satu gelas ice coffee, dimana biaya untuk sirup Rp 3.000, saya bisa tekan menjadi Rp 500,” tambahnya.
Saat ini bisnis Odi dengan Coffee Toffee-nya sudah tersebar di Pulau Jawa, Jakarta, Kalimantan dan Sulawesi dengan total 113 cafe. Bagaimana dengan Omzet? Odi tidak ingin menyebutkannya, namun dalam sebulan dengan 113 cefe mitra termasuk 3 cafe 100% miliknya sendiri angka miliaran rupiah sudah dikantonginya tiap bulan.
Lantas bagaimana Coffe Toffe berdiri? Odi mengawali dirinya bekerja menjadi Barista di Australia sekitar tahun 2005 di sebuah coffee yang menjual kopi dengan 30 jenis kopi di seluruh dunia.
"Ironisnya 12 diantaranya adalah produk kopi Indonesia dan responnya luar biasa disana. Dari situ saya berpikir, kenapa tidak dikembangkan di Indonesia saja. Dengan bekal keahlian dari belajar meracik kopi dengan salah satu barista terkenal di Dunia Eskobar, asal Itali. Saya pulang ke Surabaya untuk membuka usaha," ungkap Odi.
Pada 2006-2008, Odi berhasil membuka lebih dari 10 booth yang tersebar di Surabaya. Namun 2008 semua usahanya jatuh alias Bangkrut. "Setelah punya 10 booth yang tersebar di Surabaya 2008 habis semua, saya kena tipu orang, bahkan harta yang lain seperti mobil rumah jadi korban juga untuk bayar utang," kata Odi.
Namun kegagalan tersebut tidak membuatnya takut mencoba usaha yang sama, "Gagal bukan berarti berhenti. Saya seleksi apa yang salah.Dan ternyata kesalahan saya karena tidak fokus. pasalnya waktu itu, usaha macam-macam ada ngurusin cafe, kantor dan macam-macam semua jadi satu termasuk dengan manajemen keuangannya," ujar Odi.
Setelah memutuskan fokus mengembangkan Coffee Toffee serta melepas pekerjaan lainnya. Odi mendulang sukses."Saat ini ada sekitar 113 cafe coffee Toffee. Kedepannya Saya akan mendesain bisnis ini mirip seperti retail minimarket Alfamart atau Indomaret. Jadi rekan bisnis kami hanya mengurusi laba atau rugi tiap harinya pengelolaan SDM sampai bahan baku kita semua yang akan mengelola," tandas Odi.
Anda Berminat?
PT.Coffee Toffee Indonesia
Jl Raya Dharmahusada 181 Surabaya 60286
Tidak ada komentar:
Posting Komentar